What's in Textile - Rekayasa Serat Untuk Membuat Pakaian Sejuk

Gambar 1. Ilustrasi kain dengan teknologi pendingin 


Perubahan zaman menuntut perkembangan dan pembangunan di berbagai sektor kehidupan yang berdampak bagi lingkungan. Salah satu contoh dari dampak positif adanya pembangunan yaitu cepatnya memperoleh informasi, mempercepat pembangunan ekonomi, tertatanya sistem pemerintahan, berkurangnya kesenjangan sosial, dan masih banyak lagi. Namun di saat ada dampak positif tentunya ada pula dampak negatif, salah satunya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kerusakan lingkungan pun tidak dapat dihindari, hal tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global.

Pemanasan global adalah peningkatan gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh kegiatan umat manusia yang meningkatkan efek rumah kaca (Eko Cahyo, 2007: 29). Pemanasan global menyebabkan terjadinya pencairan es yang berada di dekat kutub. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan yang terjadi di bumi. Tak hanya lingkungan, manusia pun ikut merasakannya. Bahkan berdampak buruk bagi kesehatan. Hal itu disebabkan ketika tubuh terpapar sinar matahari, suhu tubuh akan meningkat. Suhu tubuh yang terlalu tinggi akan menyebabkan munculnya beragam gangguan, mulai dari kram otot hingga gangguan pada otak dan sistem saraf. 

Agar tubuh tidak terpapar sinar matahari secara langsung, manusia mengupayakan penutup tubuh atau yang lazim kita sebut sebagai pakaian. Pakaian musim panas kadang masih membuat kita tetap berkeringat. Pemilihan bahan yang kurang tepat mungkin akan membuat suhu tubuh kita meningkat. Sangat mudah untuk membuat pakaian hangat, namun untuk pakaian yang membuat kita sejuk sangatlah sulit. Saat ini, para ahli telah merancang kain yang nyaman dipakai seperti T-shirt sehari-hari, namun dapat mendinginkan suhu tubuh kita hingga 5℃. Mereka berpendapat bahwa jika pakaian ini dibuat secara massal, maka dapat membantu orang di seluruh dunia untuk melindungi diri dari suhu ekstrim.

Para ahli menggunakan mid-infrared radiation (MIR) yang merupakan salah satu jenis sinar inframerah yang memiliki panjang gelombang yang lebih panjang. Energi MIR langsung dipantulkan ke atmosfer dan mendinginkan benda dan lingkungannya. Teknik ini dikenal sebagai pendinginan radiasi. Teknologi ini telah digunakan selama satu dekade terakhir untuk bahan baku atap, film plastik dan cat ultra putih. Pada 2017, para ahli Stanford University membuat kain yang memungkinkan MIR dapat diaplikasikan pada tubuh manusia secara langsung, supaya dapat mendinginkan pemakainya sekitar 3℃. Namun agar tetap berfungsi, kain yang dibuat harus sangat tipis hanya sekitar 45 mm. 

Untuk merancang kain yang lebih tebal, insinyur Ma Yaoguang dari Universitas Zhejiang dan Tao Guangming dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong mengambil metode yang berbeda. Mereka menggunakan ikatan kimia untuk menyerap panas tubuh. Ikatan kimia yang digunakan adalah asam polilaktat dan campuran serat sintetis nanopartikel titanium dioksida. 

Untuk menguji metode ini, mereka melakukan tes menggunakan sinar inframerah. Seorang mahasiswa mengenakan rompi dengan setengah bahan terbuat bahan biasa dan satu lagi terbuat dari hasil kain uji mereka. Setelah dilihat terlihat jelas bahwa kain hasil uji mereka lebih unggul. Mahasiswa tersebut merasa sisi dibawah kain uji hampir 5℃ lebih dingin daripada sisi lain. 

Gambar 2. Hasil uji kain menggunakan sinar inframerah



Gambar tersebut merupakan hasil uji yang dilakukan, dengan menggunakan sinar inframerah dari penggunaan kain dengan teknologi pendingin yang diaplikasikan terhadap kain yang terbuat dari serat cotton (kapas). Dapat dilihat dari gambar tersebut sisi sebelah kanan (kain dengan teknologi baru) secara signifikan mengurangi panas tubuh dibandingkan dengan kapas biasa (kiri).

Ma dan Tao sekarang sedang mencari produsen tekstil dan perusahaan pakaian untuk mencoba memproduksi kain tersebut secara massal. Mereka mengatakan bahwa kain yang diresapi nanomaterial seharusnya hanya menambah sekitar 10% dari biaya produksi pakaian biasa. “Kita bisa membuatnya secara massal, yang berarti semua orang bisa mendapatkan T-shirt dan biayanya pada dasarnya sama dengan barang lama mereka,” kata Ma. “Itu bisa menguntungkan semua orang” tuturnya. 


Sumber gambar :

https://www.sciencemag.org/news/2021/07/new-mirror-fabric-can-cool-wearers-nearly-5-c  (gambar 2)

https://arbaswedan.id/kain-baru-yang-tetapdingin-saat-panas&bahkan-tanpa-ac/ (gambar 1)

Sumber : 

https://www.sciencemag.org/news/2021/07/new-mirror-fabric-can-cool-wearers-nearly-5-c 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global 

Penulis : 

Aranii_

Al

faind

Editor : Cia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Alasan Mengapa Wisuda Diundur

INAGURASI 2016 “FIBER PUNYA CERITA” MEMBUAT MASYARAKAT KAMPUS POLITEKNIK STTT TIDAK BISA MOVE ON UNTUK TERUS MENCERITAKAN SERUNYA ACARA TERSEBUT

Kacung Abdullah Angkat Bicara Mengenai Tekstil Luar Jawa