Mengulas Keterlambatan Pendistribusian Kuota Semester Antara Tahun 2020

Siapa yang menyangka, tahun 2020 menjadikan kita saksi dalam sejarah baru dunia. Covid-19 mewabah hampir ke semua negara termasuk Indonesia. bukan hanya satu atau dua sektor yang terdampak, namun hampir semua sektor. Kegiatan dialihkan ke rumah, guna melawan penyebaran covid-19 tak terkecuali sektor pendidikan. Mengikuti arahan pemerintah dan menyesuaikan segala program yang dibutuhkan guna menjaga eksistensi pendidikan gencar dilakukan, daring atau luring tak asing ditelinga kita. Walau dunia tengah dilanda pandemi namun, proses mencerdaskan kehidupan bangsa tidak boleh terhenti. Sektor pendidikan perlu berbenah dan beradaptasi dengan kondisi dunia saat ini namun, masalah muncul salah satunya dari kebutuhan internet, dimana kondisi ekonomi masyarakat banyak yang menurun. Lalu bagaimana kampus Politeknik STTT Bandung mengatasi hal ini ?

Pada 10 Agustus 2020 – 11 September 2020 diadakan perkuliahan Semester Antara (SA) tahun ajaran 2019/2020. Karena Covid-19 perkuliahan semester antara dilakukan secara PJJ (Perkuliahan jarak jauh) Sehingga untuk membantu proses pembelajaran, Politeknik STTT Bandung memberikan bantuan kuota bagi mahasiswa yang mengikuti SA dengan nominal sebesar Rp. 50.000.

Namun, dalam penyalurannya kuota ini mengalami berbagai kendala yang juga dikeluhkan oleh para  mahasiswa yaitu perihal keterlambatan pencairan kuota. Salah satu mahasiswa angkatan 2019 mengatakan ( 26/09) bahwa ia belum menerima bantuan subsidi kuota yang seharusnya ia terima dari kampus untuk menunjang perkuliahan SA. Ia merasa bahwa pihak Perti seolah-olah mengabaikan kebutuhan yang diperlukan mahasiswa, yaitu kuota. Ia pun berharap kepada Perti untuk  selanjutnya bisa lebih aware karena ada banyak mahasiswa yang membutuhkan bantuan kuota ini. Ditambah dengan sarana dan prasarana di dalam kampus yang tidak begitu banyak terpakai. Sebenarnya tidak ada alasan bagi Perti untuk telat dalam memberikan bantuan kuota internet.

Sementara itu, dari salah satu mahasiswa angkatan 2018 mengatakan bahwa bantuan kuota SA sudah cair dan sudah didistribusikan. Namun, dalam pendistribusiannya sangat telat setelah SA berakhir. Menurutnya, Perti harus cepat tanggap dalam memenuhi hak mahasiswa. Karena mahasiswa juga telah memenuhi kewajibannya untuk membayar SA sesuai waktu yang ditentukan Perti. Ia juga menjelaskan bahwa nominal pulsa Rp. 50.000 kurang, dikarenakan dengan nominal tersebut belum bisa membeli paket data untuk sebulan. Ia juga berharap agar Perti selalu tanggap dalam memenuhi hak mahasiswa dan lebih baik kedepannya.

Sedangkan menurut salah satu mahasiswa angkatan 2017, bantuan kuota yang belum cair mencerminkan pelayanan kampus yang lamban. Saat ini sudah lewat dua minggu perkuliahan semester ganjil dimulai. Harapannya untuk Perti, pelayanan bisa lebih cepat lagi. Ia juga berkomentar bahwa bantuan kuota dengan nominal Rp. 50.000 dirasa kurang, karena Rp. 50.000 hanya bisa membeli 5Gb kuota Telkomsel. Untuk membuka V-Con mungkin akan terkuras banyak. Belum lagi tugas yang harus difoto dan dicari di internet. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa pulsa Rp. 50.000 di semester ganjil ini sangat tidak sebanding dengan uang SPP sebesar 3,2 Juta disaat kita tidak menggunakan fasilitas kampus seperti ruang kelas dan laboratorium.

Bagaimana tanggapan dari pihak Perti? Berdasarkan informasi yang di peroleh dari Bapak Ichsan Purnama, A. T., MT selaku Pudir II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, untuk bantuan kuota semester antara tahun ini bekerjasama dengan akademik dan pihak keuangan serta telah disepakati bahwa pembagiaan kuota dilakukan dalam dua gelombang. Kesepakatan ini diambil karena kurang aktifnya mahasiswa dalam mengkonfirmasi penerimaan kuota pada semester sebelumnya melalui link yang telah diberikan. Sedangkan, ketika uang dicairkan bukti penerimaan tersebut harus segera direkap sebagai bukti laporan keuangan. Oleh karena itu, pada saat ini bantuan kuota disalurkan dalam dua gelombang. Dari 458 orang baru 250 orang yang telah ditransfer bantuan berbentuk pulsa.

Kurang aktifnya mahasiswa dalam mengkonfirmasi penerimaan kuota menjadi kendala utama dalam pendistribusian kuota dimana rekap data pihak akademik menjadi terhambat, selain itu ada gangguan dari pihak provider Telkomsel.

Lebih lanjut kami menanyakan mengenai pertimbangan kampus untuk nominal bantuan pulsa sebesar Rp. 50.000. Beliau menjelaskan, bahwa hal ini berdasarkan kemampuan Politeknik STTT Bandung yang hanya bisa memberikan bantuan sebesar nominal tersebut.

Beliau juga menjelaskan mengapa kita tidak menerima bantuan kuota dari Kemendikbud, hal ini dikarenakan kampus kita tidak secara langsung dibawah Kemendikbud. Bahkan pihak Perti sendiri telah mengajukan melalui Pudir III dan hal ini telah dibalas secara langsung oleh Kemendikbud. Balasan tersebut berisi bahwa Kemendikbud lebih mengutamakan sekolah/universitas yang secara langsung berada dibawah naungan Kemendikbud, sedangkan Politeknik STTT Bandung tidak secara langsung dibawah Kemendikbud.

Untuk itu diharapkan agar mahasiswa bisa lebih kooperatif dalam memberikan timbal balik berupa konfirmasi penerimaan kuota. Agar hal ini tidak menghambat pencairan kuota berikutnya. Bagi mahasiswa yang ingin mengajukan keluhan mengenai pendistribusian kuota semester antara dapat menghubungi koordinator transfer pulsa semester antara yaitu bapak Kevin dari bagian akademik.

Penulis : DJ

Editor : DYSA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Alasan Mengapa Wisuda Diundur

INAGURASI 2016 “FIBER PUNYA CERITA” MEMBUAT MASYARAKAT KAMPUS POLITEKNIK STTT TIDAK BISA MOVE ON UNTUK TERUS MENCERITAKAN SERUNYA ACARA TERSEBUT

Kacung Abdullah Angkat Bicara Mengenai Tekstil Luar Jawa