Apa yang Salah dengan Dual System?
Apa yang Salah
dengan Dual System ?
Dual system
merupakan sistem
yang saat ini sedang diterapkan di beberapa politeknik dan beberapa SMK di Indonesia. Mengacu
pada sistem 5, 2 , 1 yaitu 5 semester di
kampus, 2 semester di industry serta 1 semester untuk skripsi. Jadi, dual system
yang diterapkan di beberapa
politeknik serta
SMK ini memiliki
harapan dapat
menjawab masalah tenaga kerja
yang kompeten di industri
dan juga dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di era industry 4.0 .
Menurut
Felly (Mahasiswi Kimia Tekstil 2016) “Sistem ini menurut saya
bagus karena melihat dari anak-anak dual system
terlihat antusias dan juga melihat dari program, karena PKLnya selama 2 semester
jadi mereka bisa dapat lebih banyak pengalaman dalam prakteknya.”
Lalu
apa yang kurang dari sistem
ini ? Apa dampak negatif dari diterapkannya dual
system
ini ?.
Sistem
ini dapat mengurangi ruang pembelajaran mahasiswa
dalam mencari ilmu soft skill
mereka dan juga dapat sangat berpengaruh pada dunia organisasi yang ada di
kampus dikarenakan masa produktivitas
mahasiswa dalam berorganisasi rata-rata pada tingkat 3. Walapun di Politeknik STTT Bandung sendiri
saat ini baru diberlakukan di teknik tekstil, tapi kemungkinan tahun depan akan
diberlakukan untuk semua program studi. Lalu apa yang terjadi jika sistem ini diterapkan di
semua program studi?. Kemungkinan
waktu mereka untuk berorganisasi akan berkurang dan yang lebih parahnya lagi
minat mahasiswa dalam berorganisasi akan menurun.
Andai saja jika perti mewajibkan satu oganisasi untuk
satu mahasiswa, mungkin mahasiswa akan lebih aktif diluar akademis. Jiwa
sosial mereka akan lebih terasah. Bukankah mahasiswa tidak hanya dituntut dalam akademis
saja ? Bukankah
ini waktu emas bagi mahasiswa untuk menggali pengalaman dan mencari relasi
sebanyak mungkin? Lantas bagaimana itu akan tercapai jika mereka hanya berfokus
pada akademis saja dan menganggap bahwa organisasi adalah hal
sepele. Sifat kepemimpinan tentunya dapat dilatih dalam
berorgainsasi dan sifat kepemimpinan tersebutlah yang sangat penting dalam
dunia kerja. Mampukah mereka menjadi seorang pemimpin? atau bagaimana
cara mereka membawahai bawahan mereka ?.
Menurut Hogan Agisa sebagai ketua angkatan teknik 2017
mengatakan bahwa “Saya kurang setuju akan adanya dual system ini,
yaitu pada bagian praktek serta teori yang dipadatkan dan
menghabiskan waktu yang lama karena masa penyerapan otak manusia hanya beberapa
jam saja. Pertimbangkanlah sistem ini dengan sematang mungkin dan saya tekankan
untuk anak 2018, pilihlah organisasi yang cocok karena akademis saja
tidak cukup menunjang karir anda kedepannya dan
untuk perti wajibkanlah mahasiswa untuk berorganisasi.”
Namun, seperti yang dikatakan
Rizky Fathurrahman sebagai menteri
pemberdayaan UKM BEM-KM Politeknik STTT Bandung dan juga Muhammad Rijal selaku ketua Himpunan Mahasiswa
Teknik Tekstil (HIMATTEKS) Politeknik STTT Bandung bahwa jangan jadikan ini
suatu ancaman tapi jadikan ini sebagai suatu
tantangan agar lebih baik lagi kedepannya. Saran bagi seluruh organisasi untuk menghadapi
sistem ini yaitu seperti merubah system kaderisasi agar lebih menarik minat,dan
juga perlu diadakannya
diskusi yang harus diikuti oleh seluruh pihak organisasi mengenai sistem
kepengurusan yang pastinya harus berubah demi menyeimbangi dual system. Menteri
pemberdayaan UKM juga menyarankan bahwa kita tidak perlu berpatok kepada sistem turunan walaupun pada
praktiknya organisasi akan menyesuaikan dengan idealis masing masing.
Dari HIMATTEKS sendiri yang merasakan secara langsung
penurunan drastis yang terjadi pada saat pelaksanaan mabim indoor kemarin, terjadi miskomunikasi dengan perguruan tinggi
dikarenakan bertepatan dengan mabim, serta
UAS juga dilaksanakan bagi mahasiswa dual system. “ Kurangnya dukungan
dari perti terlihat saat dilakukannya mabim kemarin bahwa tidak diperbolehkannya peminjaman
kelas. Saya
harap perti lebih bias bekerja sama dengan
kami sebagai himpunan yang
memfasilitasi seluruh mahasiswa masing-masing prodi,” sebut ketua umum HIMATTEKS, Muhammad
Rijal.
Dengan adanya dual
system ini, nasib kepungurusan angkatan 2017 akan mengalami
perubahan yang tentunya akan menimbulkan berbagai masalah baru. Sistem
kepengurusan akan berubah seperti percepatan kepengurusan untuk angkatan 17. Namun, siapkah angkatan
18 untuk menjadi pengurus padahal mereka belum matang untuk bisa mengurus suatu
organisasi karena tentunya mereka tidak melewati step by step
untuk menjadi pengurus atau opsi lain kepengurusan angkatan 2017 menjadi diperpanjang. “Hal seperti ini yang perlu dikaji juga oleh
seluruh organisasi untuk mencari solusi dari tantangan ini, tetapi jika dilihat
dari kematangan. Angkatan 2017 lebih berhak untuk kepengurusan,”
ujar ketua umum HIMATTEKS.
Dapat
terlihat dari diagram diatas sebagian besar mahasiswa dual system
tidak merasa khawatir dengan berkurangnya waktu mereka untuk berorganisasi mungkin mereka masih merasa aman karena perjalanannya
baru saja dimulai sehingga mereka belum mengetahui kedepannya akan seperti apa?.
Namun, terlihat juga masih terdapat beberapa mahasiswa yang khawatir dengan
dikarenakan waktu mereka akan benar-benar digunakan hanya untuk akademis saja.
Namun melihat dari keseluruhan open house yang baru
saja diadakan, tidak disangka antusiasme angkatan 2018 sangat baik
dan mengalami peningkatan terhadap organisasi yang rata- rata jumlah
pendaftar mencapai lebih dari 20. Hal ini disebabkan karena waktu open house yang tepat
sehingga berjalan lancar.
“Jangan jadikan dual system sebagai alasan untuk membatasi pola pikir kalian, belajarlah
untuk aktif diluar kelas bukan hanya dalam kelas. Kita boleh bodoh dalam ilmu
pendidikan tapi jangan sampai bodoh dalam ilmu kehidupan,” ujar menteri pemberdayaan UKM
BEM-KM Politeknik STTT Bandung, Rizky Faturrahman.
Penulis:
Hazimah dan Kristanti Amelia
Editor:
Ghozy Khalish T
Komentar
Posting Komentar